Oleh Fajri Syamsirani
Dalam proses pendidikan Guru Penggerak anggkatan 8 ini saya mendapatkan ilmu dan pengalaman yang luar biasa. Kali ini saya akan memaparkan sedikit pemikiran dan pengalaman saya terkait Coaching dengan alur TIRTA.
Untuk pertama kalinya saya mendengar istilah coaching dalam proses pendidikan. Dulu saya berpikir bahwa istilah coach maupun coaching merupakan istilah yang bisa saya temukan dalam dunia olahraga. Namun, kali ini saya menemukan informasi dan ilmu yang luar biasa. sebelumnya saya sudah terbiasa dengan istilah mentoring, konseling, supervisi, dll. Namun saya baru tahu ternyata coaching berada pada ruang lingkup yang serupa dengan istilah-istilah di atas.
Dari teori-teori yang saya pelajari bisa saya simpulkan bahwa coaching adalah suatu proses di mana seorang individu yang disebut sebagai “coach” memberikan bimbingan, dukungan, dan panduan kepada individu atau kelompok lain yang disebut sebagai “coachee”. Tujuan utama dari coaching adalah membantu coachee mencapai tujuan pribadi atau profesional mereka, mengembangkan keterampilan dan potensi, serta meningkatkan kinerja mereka dalam berbagai aspek kehidupan.
Coaching yang digunakan disinipun menggunakan alur yang hanya bisa saya temukan dalam program pendidikan ini. Saya sudah coba Googling, dan yang saya temui adlaah coaching dengan alur-alur yang bermacam-macam. Namun Pendidikan Guru Penggerak, fokus untuk menggunakan coaching dengan alur TIRTA.
Coaching alur TIRTA merupakan coaching yang memiliki struktur atau alur Tujuan, Identifikasi Masalah, Rencana aksi, dan Tanggung jawab. Pada alur Tujuan, berfungsi untuk merumuskan tujuan yang jelas dan spesifik yang ingin dicapai oleh coachee. Pada alur Identifikasi masalah, coachee diajak untuk menggali informasi terkait masalah yang ingin diselesaikan. Pada alur rencana aksi, coach bersama coachee merancang rencana konkret untuk pemecahan masalah. Dan pada alur yang terakhir, Tanggung jawab, coach dan coachee mengawal eksekusi rencana aksi hingga selesai hingga melakukan refleksi.
Mempelajari coaching dengan alur Tirta ini memberikan saya pemikiran dan pengalaman yang luar biasa. Dengan pendekatan seperti ini, kita bisa dengan tenang dan terukur dalam melakukan pemecahan masalah. Saya sangat senang sekali bisa belajar sekaligus mempraktikan teori ini, karena telah benar-benar membantu dan membuka pikiran saya untuk menghadapi siswa dan guru yang bermasalah, sehingga bisa mendapatkan solusi yang baik tanpa harus menyakiti satu pihakpun. Satu yang istimewa dari coaching ini adalah coachee diarahkan untuk menemukan sendiri solusi atas masalahnya. Coachee juga diarahkan untuk mengidentifikasi sendiri masalahnya.
Namun, saya masih perlu banyak belajar dan berlatih lagi sehingga bisa mempraktikan alur TIRTA ini dengan lebih rapi dan mendalam karena dalam proses praktik latihan saya masih merasa kurang dalam kompetensi mendengar aktif. Saya masih kurang fokus terhadap pemaparan yang diberikan coachee.
Berbicara pelaksanaan caoching dengan alur TIRTA di SMK Negeri 19 Samarinda sudah pasti tidak bisa langsung lancar dilaksanakan, mengingat kondisi sumber daya manusia juga bervariasi. Saya masih berpikir dan juga khawatir mengenai menyelesaikan masalah untuk siswa-siswa tertutup. Begitu juga dengan siswa-siswa yang memiliki pemikiran kritis yang kurang sehingga membuat mereka sendiri mengalami kesulitan untuk mengidentifikasi masalahnya jauh lebih dalam. Di sinilah letak kemampuan coach mesti diuji. Karena dengan ini, coach harus bisa memiliki trik-trik dan permainan kata yang membuat coachee memahami maksud dan arahan coach.
Namun bagaimanapun, SMK N 19 Samarinda harus terus maju dan siap menerima perkembangan zaman. Pengalaman-pengalaman serta praktik-praktik lama harus bisa menjadi tolok ukur dan evaluasi untuk pelaksanaan supervisi di masa mendatang. Supervisi akademik dengan pendekatan coaching alur TIRTA memungkinkan guru-guru maupun siswa mengembangkan kemampuan dengan berbasis pada penyelesaian masalah yang tepat sasaran.