Pengalaman Pendidikan Guru Penggerak:
Tinjauan Praktik Budaya Positif di SMK Negeri 19 Samarinda
Oleh : Fajri Syamsirani
Assalamu’alaikum warahmatullah wabarakatuh. Semoga kita selalu dalam lindungan Allah SWT.
Berbicara tentang perjalanan Pendidikan Guru Penggerak, tentu banyak sekali cerita yang bisa disampaikan. Saya yang awalnya tidak begitu ngotot untuk mengikuti program ini, kemudian terpilih dan akhirnya memang menyiapkan waktu, jiwa, dan raga untuk dapat mengikuti Pendidikan ini sampai tuntas.
Saya ingat sekali bagaimana tugas pertama saya buat. Hari itu saya membuat puisi kemudian membuat video membaca puisi tersebut. Saya pikir semua tugas akan terlewati seperti itu, namun memang harus lebih banyak belajar dan mempresentasikan dengan tampilan yang mengharuskan saya menguasai kemampuan dasar editing gambar, audio dan video. Ya walaupun dalam Pendidikan ini tidak diharuskan memiliki kemampuan editing yang saya sebutkan barusan. Kemudian, betapa saya harus selalu membuka jadwal pelaksanaan program ini ketika akan merancang kerja-kerja saya kedepan. Alhamdulillah sejauh ini, dengan memanajemen waktu, pembelajaran dan tugas-tugas yang diberikan selalu bisa selesai tepat waktu.
Di dalam modul 1.4 ini saya masih saja harus kejar-kejaran dengan kegiatan sekolah yang lumayan sibuk dalam dua minggu terakhir. Bahkan saya harus mengerjakan tugas ini di luar kota, untungnya tugas yang diberikan dalam program ini tidak begitu sulit dan tidak begitu menyibukkan. Alhamdulillah teori-teori yang diberikan masih bisa dipahami, apalagi teori-teori dalam modul 1.4 ini diulang bahkan sampai 3 (tiga) kali, pada ruang kolaborasi, elaborasi pemahaman, dan Lokakarya 2. Teori-teori dalam Pendidikan ini benar-benar memberikan pencerahan kepada saya, membuat saya merasa berdosa kepada siswa-siswa saya terdahulu.
Teori-teori yang masuk akal. Namun saya, orang yang tidak mudah percaya, masih memposisikan teori-teori tersebut sebagai hal yang saya sebut “bukan kebenaran hakiki”. Saat ini saya sedang mencoba menerapkan teori ini di sekolah saya dan ingin membuktikannya. Sekolah dan siswa-siswa akan menjadi laboratorium untuk saya menemukan formulasi yang tepat untuk siswa saya, masih berdasarkan kodrat alam dan zaman mereka.
Saya pada dasarnya, merupakan guru biasa seperti guru-guru lainnya di negeri ini. Background knowledge yang diperoleh selain dari bangku kuliah, juga dari pengalaman dan pemantauan guru-guru saya ketika saya masih berada di bangku sekolah. Saya, pada dasarnya, sudah pernah melakukan 5 (lima) posisi guru ala Gossen. Namun Tidak bisa dipungkiri bahwa posisi Penghukum yang paling dominan saya praktikan selama ini, sementara posisi manajer dilakukan pada sedikit kasus saja.
Niat saya ketika berada di posisi penghukum ini sebenarnya tulus untuk memberikan pengajaran, pendidikan dan kedisiplinan, agar murid-murid saya bisa berkembang jauh lebih baik lagi. Namun setelah mengikuti Program Pendidikan Guru Penggerak ini saya betul-betul merasa tertampar. Saya betul-betul merasa berdosa pada murid-murid saya terdahulu. Niat saya memang ingin membuat murid saya jadi lebih baik. Namun setelah belajar di sini, pertanyaan muncul, baik seperti apa yang saya inginkan? Apakah baik versi saya akan menjadi baik untuk murid saya. Pendidikan dalam program ini benar-benar telah membuka mata dan hati saya.
Untuk pengalaman mempraktikan teori-teori ini belum saya dapatkan. Sebab hari ini, baru sekitar seminggu pembelajaran dimulai di sekolah kami. Saya belum menemukan kasus yang bisa ditangani. Namun dalam mengerjakan tugas demonstrasi kontekstual saya melibatkan murid saya dan mereka memberikan respon positif terhadap konsep ini. Begitu juga ketika saya melakukan diseminasi kepada rekan-rekan guru di sekolah saya. Guru-guru juga memberikan respon positif terhadap teori ini. Memang harus perlu jam terbang yang lumayan tinggi supaya bisa menguasa praktik dari teori ini. Namun ada satu pertanyaan yang muncul dibenak saya, yaitu seberapa dalam teori ini bisa dilaksanakan pada kondisi budaya yang berbeda yang dimiliki masing-masing murid. Karena masing-masing budaya memiliki standar yang berbeda terhadap nilai-nilai baik dan buruk. Maka ketika kita menetapkan nilai baik versi kita, apakah tidak menggeser nilai baik dari budaya mereka. Dan apabila kita menggeser nilai baik itu menjadi versi kita apakah masih bisa disebut kita menjaga kodrat alam si anak? Mudahan kedepannya saya bisa mendapatkan pencerahan dari pertanyaan saya ini.
Kemarin, ketika pertama kali saya masuk ke kelas XII TSM di tahun ajaran 2023/2024. Saya mencoba memahami kondisi murid-murid saya sekaligus mempraktikan hal-hal berkaitan dengan teori-teori yang sudah saya terima. Memang harus bersabar, menahan hati, menahan diri, serta mengontrol diri untuk bisa menjalankannya. Apalagi kelas yang saya masuki ini adalah kelas otomotif, yang sudah dilabeli negatif oleh siapa saja, dan saya harus melepaskan label itu dari alam bawah sadar saya. Akhirnya secara sadar dihadapan saya, saya melihat tingkah murid-murid berdasarkan teori kebutuhan hidup manusia-nya Dr. William Glasser. Nyaris semua kebutuhan saya lihat dalam satu kali pertemuan itu. Saya memang harus belajar lebih banyak lagi hingga bisa memahami dan mengadopsinya dengan baik. Tapi pada pertemuan pertama itu, saya mendapatkan hasil yang positif dan mulai optimis di kelas tersebut, kelas dimana hampir semua guru mengatakan mereka sebagai anak yang susah diatur dan lain sebagainya.
Melihat apa yang sudah saya pelajari dalam program pendidikan ini, saya sampai merekomendasikan, bahkan sangat merekomendasikan teman-teman saya, rekan guru di SMK negeri 19 Samarinda untuk mengikuti program ini. Program dimana menanamkan konsepsi-konsepsi tentang bagaimana menjadi guru di negeri ini. Program yang tidak hanya bicara masalah teknis saja namun juga jauh menusuk ke dalam hingga kesadaran membentuk anak-anak negeri ini yang Insya Allah di masa depan akan memperbaiki negeri ini ke arah yang lebih baik.
Demikian refleksi yang saya buat kali ini. Mudahan dapat menjadi pengingat bagi diri sendiri pada khususnya, dan orang banyak pada umumnya. Untuk bisa berkembang lebih jauh lagi, lebih baik lagi, demi masa depan negeri ini. Amin.